Investasi Udang Vaname

Meruaknya peluang investasi udang Vaname yang bergeser menjadi kasus hukum di tanah air, saya ingin memberikan beberapa catatan untuk para pengusaha sbb:

1) Potensi memang penting, tapi kompetensi jauh lebih penting.

Ketika berbicara tentang kerjasama bisnis dan investasi kita tidak sekedar bicara tentang prospek yang bagus, permintaan besar, potensi keuntungan besar, tetapi yang lebih penting adalah tentang siapa yang melakukannya, bagaimana anda melakukannya.

Jadi bukan sekedar bicara potensi tapi pertanyaannya adalah “Can you do it?”

Bisa jadi memang Vaname pasarnya besar, tetapi yang harus didalami adalah apakah anda mampu melakukannya atau tidak?

Di Indonesia peluang usaha hampir semuanya bagus, karena market kita besar, sumber daya alam luar biasa hebat, tapi tidak semua orang bisa melakukan usaha dan berhasil. Ada yang berhasil, lebih banyak yang tidak. Jangankan udang Vaname, membangun usaha warung tegal saja tidak semudah yang bisa kita ucapkan. Its all about competency.

 

Jadi kalau mau berbisnis jangan buru-buru crowd funding, galang dana dari orang yg tidak anda kenal. Apalagi dengan janji janji muluk yg sulit anda penuhi. Kesabaran membangun kompetensi lebih penting daripada kecerdasan merangkai janji.

2) Bisnis dan investasi memiliki bahasa tersendiri

Orang jawa bicara bahasa jawa, orang Indonesia bahasa Indonesia, orang arab bahasa arab, bahkan dunia sepak bola memiliki bahasa sepak bola tersendiri, dunia perkebunan memiliki bahasa perkebunan.

Dalam dunia bisnis juga ada bahasa bisnis, Peluang investasi Vaname dalam prospektusnya menggunakan bahasa “tidak pernah rugi”.

Yang dijual adalah zero risk. Yang ingin dipersepsikan adalah investasi tanpa resiko. It doesnt make sense bagi orang yang tahu bisnis dan investasi. “Tidak pernah rugi” bukan bahasa bisnis, bukan bahasa investasi.

Ini diluar kalimat bisnis, ambigu. Orang yang tidak pernah melakukan bisnis Vaname juga nggak pernah rugi kan?

Bahasa bisnis digunakan para pebisnis dalam berkomunikasi, menciptakan pemahaman yang sama, tidak perlu pernafsiran lagi.

Contohnya ketika anda bicara EBiTDA, meskipun ini konsep yang rumit tapi maksudnya jelas bisa difahami semua pihak. Gunakan bahasa bisnis ketika Anda berbisnis.

3) Hati-hati mentarget investor.

Ada dua macam investor, Investor terdidik dan investor bodoh. Investor terdidik itu investor yang tahu bisnis, tahu investasi, meskipun sedikit pengetahuannya tapi setidaknya bisa membedakan mana yang masuk akal dan yang tidak masuk akal.

Investor terdidik peduli dengan kinerja bisnis, dalam banyak kasus mereka bahkan mau ikut mikirin kalau bisnis mengalami kesulitan, ikut mikir cari solusinya, karena dia faham kalau bisnisnya colaps uangnya akan ikut hilang.

Investor bodoh adalah investor yang tidak faham investasi. Investor ini tidak memiliki daya kritis, dia telan mentah apa yang ditawarkan. Akhirnya semua resiko akan kembali pada Pengusaha. Intinya, investor bodoh itu sebenarnya bukan investor.

Nah, repotnya banyak Pengusaha yang lebih senang membidik investor jenis kedua ini. Karena dia lebih mudah percaya. Apalagi janjinya bombastis, gampang di iming imingi cari uang mudah, kaya dengan cara mudah.

Investasi bodong 99.99% menyasar investor jenis kedua.

Bisnis dan investasi adalah dua strategi terpenting dalam membangun jalan kekayaan.

Setiap pengusaha, membutuhkan permodalan, tidak peduli usahanya masih kecil apalagi sudah sangat besar.

Permodalan bisa datang dari mana saja, termasuk, porsi yang paling besar menyumbang dunia ekonomi adalah Investor.

Saran saya jika harus melakukan Crowd funding, lakukan melalui institusi yang sudah mengantongi ijin OJK. Sehingga tidak meluas ke ranah hukum jika bisnis tidak berkinerja sebagaimana mestinya.

Saya mengenal BabaRafi, Hendi Setiono menurut saya inspiratif, saya pernah secara terbatas melakukan due dilligent usahanya. Dia jelas tahu bisnis, berpengalaman, orangnya detail, dan bisnis kebabnya pun happening. Saya berharap BabaRafi bisa melewati ini dengan baik.

Akhirnya, sebagai pengusaha kita harus terus belajar, terus menjaga disiplin, dan terus berbenah menuju ke arah yang lebih baik. Indonesia membutuhkan banyak orang-orang hebat, di antaranya adalah para Pengusaha.

Oleh: Heppy Trenggono

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Hubungi Sekarang !